
Semangat Pembangunan Daerah: Peran Ahmad Husein dalam Gagasan Bank Nagari
Semangat Pembangunan Daerah: Peran Ahmad Husein dalam Gagasan Bank Nagari
Oleh : Redaksi
Bank Nagari, atau yang sebelumnya dikenal sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat, tidak lahir begitu saja. Keberadaannya merupakan buah dari perjuangan panjang para tokoh daerah yang mendambakan kemandirian dan pemerataan pembangunan. Salah satu sosok sentral yang gagasannya menjadi fondasi lahirnya lembaga ini adalah Kolonel Ahmad Husein. Meskipun ia lebih dikenal dalam sejarah militer, visi strategisnya tentang otonomi ekonomi daerah menjadi katalisator penting bagi pembentukan bank ini.
Kondisi Pasca-Kemerdekaan dan Kesenjangan Pembangunan
Setelah kemerdekaan Indonesia, pembangunan dan alokasi sumber daya masih sangat terpusat di Jakarta. Daerah-daerah di luar Jawa, meskipun kaya akan hasil alam, sering kali merasa diabaikan.
Ketidakseimbangan ini menimbulkan keresahan di kalangan pemimpin daerah, termasuk Ahmad Husein yang saat itu memimpin angkatan bersenjata di Sumatera Tengah. Ia melihat langsung bagaimana potensi ekonomi daerah tidak dapat dioptimalkan karena minimnya dukungan finansial dan kebijakan dari pusat.
Keresahan ini mendorongnya untuk memikirkan solusi konkret. Menurutnya, untuk memajukan daerah, harus ada lembaga keuangan yang secara khusus didedikasikan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan lokal.
Sebuah bank yang tidak hanya mengelola dana, tetapi juga menjadi instrumen nyata untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat Minangkabau.
Gerakan Pembangunan Daerah dan Lahirnya Bank Nagari
Gagasan tentang kemandirian ekonomi ini semakin menguat dengan dibentuknya Dewan Banteng pada tahun 1956, di mana Ahmad Husein menjadi ketuanya.
Dewan ini beranggotakan para tokoh militer dan sipil yang memiliki semangat sama: memperjuangkan hak-hak otonomi daerah. Mereka percaya bahwa cara terbaik untuk mencapai kemakmuran adalah dengan mengelola sumber daya daerah secara mandiri.
Puncak dari perjuangan ini adalah kesepakatan untuk mendirikan sebuah bank yang dapat membiayai pembangunan di Sumatera Barat. Mereka menyadari bahwa tanpa modal yang kuat dan terorganisir, cita-cita pembangunan tidak akan terwujud.
Pada 12 Maret 1962, berkat dorongan dan visi dari para pemimpin seperti Ahmad Husein, PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat secara resmi didirikan.
Bank ini menjadi jawaban atas kebutuhan mendesak akan lembaga yang mampu memberikan pinjaman kepada pengusaha lokal, membiayai proyek infrastruktur, dan mendukung sektor pertanian serta perdagangan.
Keberadaannya bukan sekadar tambahan, melainkan pondasi vital yang memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih leluasa merencanakan dan melaksanakan pembangunan tanpa bergantung penuh pada pusat.
Warisan Perjuangan dan Pengaruh Jangka Panjang
Meskipun namanya tidak tercatat sebagai pendiri formal, peran Ahmad Husein dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya kemandirian ekonomi daerah tak dapat diabaikan. Visi dan perjuangannya menjadi pendorong moral dan ideologis bagi lahirnya Bank Nagari.
Ia mengajarkan bahwa kemajuan daerah tidak datang dari hibah, melainkan dari semangat dan upaya kolektif untuk membangun dari dalam.
Hingga saat ini, Bank Nagari terus tumbuh dan berperan sebagai mitra strategis pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan. Hal ini membuktikan bahwa gagasan para pemimpin di masa lalu, yang ingin melihat daerahnya mandiri dan sejahtera, berhasil diwujudkan.
Bank Nagari bukan hanya sebuah lembaga keuangan, melainkan simbol nyata dari semangat perjuangan para tokoh seperti Ahmad Husein untuk mewujudkan otonomi daerah yang sesungguhnya.