
Ekonomi Indonesia Diterpa Sorotan: PDB Naik, Kemiskinan Membengkak
Ekonomi Indonesia Diterpa Sorotan: PDB Naik, Kemiskinan Membengkak
Oleh : Redaksi
Kondisi ekonomi Indonesia kembali jadi sorotan publik setelah gelombang protes muncul di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Ribuan warganet ramai membicarakan ironi pertumbuhan ekonomi: Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus meningkat, namun angka kemiskinan justru disebut-sebut masih menjerat sekitar 170 juta penduduk.
Harga bahan pokok yang melonjak tajam belakangan ini turut memperburuk keresahan. Di pasar tradisional, sejumlah komoditas seperti beras, cabai, dan gula mencatat kenaikan hingga dua digit persen. Tekanan inflasi rumah tangga kian terasa, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Isu lain yang memicu perdebatan ialah kebijakan pemerintah soal cukai rokok. Pemerintah resmi menaikkan cukai kretek dan sigaret, namun di sisi lain produk vape justru tidak dikenakan pajak serupa. Kebijakan ini memicu kritik karena dianggap “ambigu” dan tidak konsisten dalam melindungi kesehatan masyarakat maupun menjaga penerimaan negara.
Protes Menjadi Viral
Tak hanya turun ke jalan, keresahan warga juga ramai di jagat maya. Tagar #IndonesiaBurning dan #ProtesEkonomi menduduki daftar trending di platform X. Meme, video pendek, hingga sindiran kreatif terhadap pemerintah menyebar luas.
Salah satu unggahan yang viral datang dari akun internasional @M1ndMapper dengan postingan bertajuk “Indonesia: Big but Empty GDP”. Unggahan ini menyoroti jurang antara pertumbuhan ekonomi makro dengan kualitas hidup masyarakat, dan sudah ditonton ratusan ribu kali.
Di TikTok, klip wawancara pengamat politik Rocky Gerung yang menyebut “fakta unik” dalam cara pemerintah mengelola ekonomi juga menyebar cepat, memantik perdebatan lintas kalangan.
Konteks Lebih Luas
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dijaga di kisaran 5 persen, angka itu dianggap belum cukup menjawab persoalan ketimpangan dan daya beli masyarakat. Ekonom menilai bahwa ketergantungan pada PDB sebagai indikator tunggal sudah tidak relevan tanpa disertai peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Gelombang protes dan tren digital yang masif ini menunjukkan satu hal: kepercayaan publik pada kebijakan ekonomi pemerintah sedang diuji. Jika tak ada respons cepat dan solutif, isu ini bisa menjadi bola salju yang kian membesar, baik di jalanan maupun di ruang digital.