
Jolly Roger di Tengah Protes: Simbol Baru Perlawanan Mahasiswa Bandung
Glitik – Di tengah sorak yel-yel dan barisan mahasiswa yang memenuhi halaman kampus, sebuah bendera hitam dengan tengkorak tersenyum terlihat berkibar. Bukan bendera organisasi, melainkan Jolly Roger, ikon bajak laut dari seri anime One Piece.
Simbol itulah yang menjadi sorotan dalam aksi protes mahasiswa Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan Universitas Pasundan (UNPAS), Selasa siang. Aksi bertajuk “All Eyes on Bandung” ini menuntut kampus untuk lebih tegas melawan intoleransi dan meninjau ulang kebijakan internal yang dinilai membatasi ruang berekspresi mahasiswa.
Simbol Bajak Laut, Makna Perlawanan
Jolly Roger dalam dunia fiksi dikenal sebagai bendera kebebasan dan solidaritas kru bajak laut melawan otoritas yang menindas. Bagi mahasiswa, simbol itu menjadi metafora: keberanian untuk bersatu, menolak aturan yang dianggap tidak adil, sekaligus menegaskan identitas generasi muda yang akrab dengan budaya pop.
“Bendera ini bukan sekadar hiasan, tapi pesan. Kami ingin menunjukkan bahwa mahasiswa siap melawan ketidakadilan, sama seperti bajak laut di One Piece melawan otoritas yang korup,” kata seorang mahasiswa peserta aksi.
Protes yang Viral di Dunia Maya
Foto dan video bendera Jolly Roger di tengah kerumunan mahasiswa langsung viral di media sosial. Tagar #ANARKODIUNISBAUNPAS dan #AllEyesOnBandung merajai trending topik nasional, menandakan bahwa keresahan mahasiswa Bandung bergema hingga ke ruang digital.
Ribuan unggahan memperlihatkan suasana demonstrasi, lengkap dengan poster-poster sindiran dan mural dadakan yang mengecam intoleransi. Diskusi daring pun melebar, tak hanya soal kebijakan kampus, tetapi juga refleksi tentang kebebasan akademik dan iklim demokrasi di perguruan tinggi.

Suara Mahasiswa, Gaung Lebih Luas
Aksi ini menambah panjang deretan gerakan mahasiswa di Bandung yang sering jadi barometer kritik sosial-politik nasional. Pengamat pendidikan menilai, penggunaan simbol budaya pop seperti Jolly Roger menunjukkan kreativitas generasi Z dalam menyampaikan pesan serius dengan cara yang dekat dengan keseharian mereka.
“Ini bukti mahasiswa punya cara baru untuk menyampaikan keresahan. Simbol populer membuat pesan mereka lebih mudah dipahami dan cepat menyebar di ruang digital,” ujar seorang akademisi Universitas Padjadjaran.
Dari Kampus ke Ruang Publik
Meski aksi masih berfokus pada kebijakan kampus, gema All Eyes on Bandung telah melewati batas tembok universitas. Di media sosial, banyak warganet menyebut protes ini sebagai “alarm” tentang pentingnya toleransi dan kebebasan berekspresi, terutama di dunia pendidikan.
Di bawah bendera Jolly Roger, mahasiswa Bandung menunjukkan bahwa perlawanan bisa lahir bukan hanya dari orasi keras, tetapi juga dari simbol-simbol yang mampu mengikat solidaritas dan menggugah imajinasi publik.