
Riganov Wijaya, Menjaga Cita Rasa Kopi Minang Lewat Sentuhan Teknologi
Glitik, — Di balik wangi harum kopi yang mengepul dari cangkir, ada kisah tentang bagaimana butiran kecil berwarna cokelat itu dirawat, dipilih, hingga akhirnya menemui para penikmatnya. Di Ranah Minang, tanah subur yang melahirkan beragam varian kopi unggul, cerita itu salah satunya datang dari Riganov Wijaya Kesuma.
Nama-nama seperti Kopi Solok Selatan, Kopi Talamau, hingga Kopi Pesisir Selatan sudah lama dikenal sebagai hasil bumi yang mengangkat citra Sumatera Barat di kancah dunia. Namun bagi Riganov, kopi bukan sekadar komoditas, melainkan identitas yang harus dijaga.
“Setiap daerah punya karakter kopi sendiri. Kalau tidak kita kenali dengan baik, cita rasanya bisa hilang begitu saja,” tuturnya.
Dari kegelisahan itu, Riganov memilih jalan berbeda. Ia tak hanya mengandalkan naluri, tetapi juga teknologi. Dengan Agtron Meter LeBrew Color Analyzer, sebuah alat yang bisa membaca tingkat kematangan dan warna biji kopi, ia berupaya memastikan tiap racikan tetap konsisten. Warna biji yang terlihat sepele, baginya adalah kunci untuk menghadirkan rasa yang sama dalam setiap tegukan.
“Kita mencoba melihat kematangan dan warna kopi agar racikan tetap konsisten, terutama untuk penikmat Espresso atau manual brew,” ujarnya sambil tersenyum.
Bagi Riganov, menjaga cita rasa kopi Minang bukan perjuangan seorang diri. Dalam forum Rapat Kerja Asosiasi Kopi Minang (AKM) periode 2024–2029 yang digelar 13–14 September di Padang, ia menemukan semangat yang sama dari para penggiat kopi lainnya.
Rapat kerja AKM sendiri menjadi ajang bertukar pengalaman, sekaligus merumuskan langkah bersama memajukan kopi Minang. Di sana, tradisi, inovasi, dan semangat kolektif bertemu, melahirkan optimisme bahwa kopi Sumbar tidak hanya hadir sebagai minuman, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang terus dijaga.