Eksplorasi Kuliner Eksotis Suku Mentawai, Berikut 8 Makanan Tradisional yang Menggugah Selera

Eksplorasi Kuliner Eksotis Suku Mentawai, Berikut 8 Makanan Tradisional yang Menggugah Selera

Oleh : dhiwa

Glitik - Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat bukan hanya surga bagi para peselancar dunia, tapi juga gudangnya kuliner autentik yang mencerminkan harmoni antara manusia dan alam.  Suku Mentawai, dengan budaya tradisional yang masih lestari, mengandalkan bahan-bahan alami dari hutan, sungai, dan laut untuk menciptakan hidangan yang kaya nutrisi dan rasa. 

Dari sagu sebagai makanan pokok hingga ulat kayu yang ekstrem, makanan khas ini tidak hanya memuaskan perut, tapi juga menyimpan cerita kearifan lokal. Berikut 8 makanan tradisional suku Mentawai yang wajib masuk daftar wisata kuliner Anda! 

8 makanan khas Mentawai yang perlu di ketahui 

1. Kapurut Sagu: Pengganti Nasi yang Kenyal dan Gurih Kapurut adalah hidangan pokok suku Mentawai yang terbuat dari tepung sagu, sering dibungkus daun sagu dan dipanggang hingga matang. 

 Teksturnya kenyal dengan rasa gurih alami, cocok sebagai pendamping lauk pauk. Cara membuatnya sederhana: tepung sagu disaring, dibungkus daun, lalu dipanggang sekitar 15 menit. Di acara adat seperti pernikahan, kapurut selalu hadir sebagai simbol kebersamaan.  Harga? Mulai dari Rp10.000 per porsi di pasar lokal Tuapejat!

2. Subbet: Camilan Manis dari Keladi dan Pisang Subbet atau subet adalah olahan campuran keladi (talas), pisang kepok, dan kelapa parut yang direbus dan ditumbuk hingga halus. 

Rasanya manis alami tanpa tambahan gula, membuatnya jadi favorit sebagai makanan pokok selain sagu. Proses pembuatannya: keladi direbus empuk, dicampur pisang rebus, lalu dibentuk bulat. Versi modern bahkan ditambah keju untuk sentuhan kekinian. Cocok untuk camilan sehat, terutama bagi vegetarian!

3. Batra: Sate Ulat Sagu yang Kaya ProteinBagi pencinta makanan ekstrem, batra adalah pilihan tepat! Terbuat dari ulat sagu berwarna kekuningan yang diambil dari batang sagu difermentasi 7-12 minggu. 

 Ulat ini dibelah, diisi bumbu, lalu dipanggang atau digoreng menggunakan tempurung kelapa. Rasanya gurih seperti daging ayam, dan kaya protein. Bisa dimakan mentah, tapi versi sate dengan garam dan kecap lebih populer di festival budaya. Jangan kaget, ini makanan bergizi yang sudah turun-temurun!

4. Toek: Ulat Kayu, Makanan Ekstrem Penambah StaminaToek atau ulat kayu berasal dari kayu tumung, bak-bak, atau etet yang direndam di sungai selama tiga bulan. 

 Setelah kayu dibelah, ulatnya diambil dan bisa dimakan mentah dengan jeruk nipis serta garam, atau dimasak sesuai selera. Dianggap sebagai sumber protein alami, toek melambangkan persatuan masyarakat Mentawai. Harganya variatif, dari Rp35.000 hingga Rp200.000 per porsi, tergantung musim. Berani coba?

5. Jurut: Ayam dalam Bambu yang Harum MenggodaJurut adalah masakan ayam yang dimasak di dalam bambu, sering disajikan pada acara khusus. 

 Bahan utamanya daging ayam, bumbu seperti bawang merah dan kunyit, plus air kelapa untuk varian sup. Cara memasak: ayam direbus setengah matang, dicampur bumbu, dimasukkan bambu, lalu dipanggang 40 menit. Hasilnya? Daging empuk dengan aroma bambu yang unik, biasa dimakan dengan keladi rebus. 

6. Anggau Siboik-boik: Kepiting Ungu yang Langka, Anggau adalah kepiting endemik Mentawai dengan cangkang ungu dan tubuh hitam, ditangkap pada musim Juli-September menggunakan jaring di malam bulan purnama. 

 Hidangan ini bagian dari tradisi Muanggau untuk mempererat ikatan sosial. Cara penyajian sederhana: direbus dengan serai atau bawang. Rasanya gurih seperti seafood premium, meski tanpa bumbu rumit. Langka dan musiman, jadi jangan lewatkan jika berkunjung!

7. Sihobuk: Sagu Panggang dalam Bambu, Mirip kapurut, sihobuk dibentuk panjang dan dibungkus bambu sebelum dipanggang. 

 Aroma harumnya menggoda saat panas, tapi mengeras jika dingin. Ideal dimakan dengan lauk berkuah seperti sup ayam. Sihobuk sering muncul di pernikahan atau acara keluarga, sebagai simbol kemakmuran. 

Foto Istimewa (minangsatu.com)
Foto Istimewa (minangsatu.com)

8. Sikoira: Kerang Sungai yang Segar dan Bergizi, Sikoira berasal dari kerang sungai bercangkang putih, dikumpulkan oleh perempuan suku Mentawai. 

 Direbus 30 menit dengan garam untuk hilangkan lendir, atau digoreng, direndang, bahkan dengan santan. Rasanya mirip kerang laut, tapi lebih segar. Dinikmati secara komunal, sikoira jadi hidangan harian yang mudah didapat. 

Kuliner suku Mentawai ini bukan sekadar makanan, tapi warisan budaya yang mengajarkan keberlanjutan. Dari bahan alam yang diambil secara bijak, hidangan-hidangan ini kaya nutrisi dan cerita. Jika Anda berencana ke Mentawai, jangan lupa cicipi langsung di desa-desa adat. Siapa tahu, batra atau toek bisa jadi pengalaman tak terlupakan!